Selasa, 24 Juli 2018

Rasa Sastra-002

"Pertaruhan"

Oleh: Rinai, 240718-22.59


Aku benar-benar bertaruh pada semesta kali ini
Akankah kebetulan-kebetulan yang terlalu sering itu akan terulang lagi
Aku bertaruh
Jika ya
Kenapa semesta selalu mengompori rasa yang selalu berusaha aku enyahkan

Aku bertaruh
Pada jawaban ya
Ku beranikan diri melangkah
Ditengah keterkejutanku pada jawaban ya
Segala ragu coba ku usir
Namun kepongahan yang ku paksa munculkan tertunduk lesu tak kuasa

Kakiku bergetar
Jantungku berdebar
Hebat
Seluruh tubuhku tahu tentang temu akan sosok yang selalu dirindu tiap sel ragaku
Namun rindu yang menggebu ini terlalu luar biasa hingga hanya tipu yang tampak ke muka

Setiap detik terasa lambat
Setiap hentak nafas terasa berat
Saat masa di mana kau di sisi berlalu melewati
Di situlah ku tahu
Bukan hanya aku yang menipu
Kau pun sama
Dengan ketidaksadaran,  kita telah bersepakat untuk tidak saling kenal
Tak ada sapa
Hening, hanya dingin angin yang berhembus lebat

Tahukah kau, dibalik punggungmu yang menjauh
Aku menyerah
Aku berhenti
Menengok ke belakang
Ke arahmu yang ku rindu dalam setiap aliran darahku
Semesta, benarkah dia sosok yang ku maksud itu???
Tanya palsu yang coba ku taruh, lagi

Rasa Sastra

"Musuh" Tanggung Jawab

Oleh: Rinai, 240718-22.56

Ditatapnya sekelilingnya, dia pikir dia hebat
Tak tahunya hanya pongah
Dengan lagaknya ia berjalan, pelan kemudian cepat
Tak perlu antri untuk memersiapkan diri
Asal maju asal mengasal, dia unjuk gigi

Sombongnya dia menerobos kehidupan
Dirasa petualang tapi hanya rintang
Menyodorkan diri, berkata ia siap sedia
Nyatanya, cuma pecundang
Bermodal "sok" siap "sok" bisa
Tanpa pengetahuan, tanpa kesanggupan
Tanggung jawab ia anggap musuh

"Pecundang", lantang kusebut ia
Bermental lemah yang hanya lihai bersembunyi
Dikata remeh kepercayaan
Hingga ia sendiri yang tak percaya diri
Menengok, kiri lalu kanan
Padahal yang lain riang membawa jawab dari tanggungan
Bukan malah ia yang kebingungan menganggap beban

Bodoh. Memang ia.
Mendaftar dengan dalih pahlawan siap andal
Tapi nyata dinyata, pontang panting takut dan bersalah
Sekelilingnya, menjauh kini tak usah percaya lagi
Tanggung jawab yang ia musuhi, dengan diamnya
Memang jadi racun martabat